Untuk membantu remaja, sedikitnya kita harus memahami karakteristik mereka. Dalam berbagai literatur, remaja sering digambarkan memiliki binar yang khas, seolah segala rasa keingintahuan mereka terpancar dari sorot matanya. Terdapat masalah di sini: apa semua sosok dewasa yang berada di sekitar mereka memiliki kemampuan yang cukup untuk menjawab segala keingintahuan mereka? Meski terdapat banyak sekali teori dan pendapat mengenai rentang waktu remaja, hal yang kita ketahui adalah masa ini merupakan masa yang cukup singkat, hanya dalam hitungan beberapa tahun saja. Jika kita mengambil teori dari WHO, rentang waktu masa muda habis dalam waktu sembilan tahun, yaitu dari usia 15 hingga 24 tahun. Rasanya sekejap, bagai kilat menyambar.
Jika diterjemahkan secara harfiah, ‘coming of age’ berarti ‘datangnya usia’. Terminologi dalam Bahasa Inggris ini menunjukkan bahwa definisi ‘usia’ di sini merupakan masa dewasa. Masa muda, tahun-tahun sebelum datangnya ‘usia’, merupakan masa yang rentan. Salah satu psikolog pionir yang memperhatikan keadaan psikologis remaja adalah Erik Erikson. Realitas berbenturan dengan keinginan. Prasangka orang tua dan lingkungan sekitar bias jadi terasa begitu menyerang bertubi-tubi. Menurut Piaget, seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya; remaja memang sangat termotivasi untuk memahami dunianya. Namun, bagaimana mereka akan memahami dunianya jika tidak ada seorang pun yang bisa mereka tanya?
G. Stanley Hall, seorang pakar psikologi remaja yang juga merupakan pionir psikologi remaja, memiliki metode tersendiri untuk mempelajari remaja dengan menggambarkan masa remaja sebagai periode sturm und drang atau ‘badai dan stres’. Dalam literatur Jerman, periode sturm und drang terdiri dari karya-karya Schiller dan tulisan-tulisan awal Goethe yang penuh dengan idealisme, komitmen terhadap tujuan, revolusi melawan ide-ide lama, perasaan pribadi, hasrat dan penderitaan. Hall melihat analogi antara tujuan kelompok penulis muda ini pada pergantian abad ke-18 dengan karakteristik psikologis remaja itu sendiri.
Sturm und drang terkait dengan sastra atau musik yang bertujuan untuk mengejutkan penonton dengan memberi mereka rasa emosi yang ekstrem. Begitulah fluktuasi emosi yang dirasakan dalam diri remaja. Dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Adolescence (hal. 21), terdapat juga penjelasan Hall yang masih relevan dengan konsep ’dunia baru’ remaja yang dikemukakan oleh Piaget:
Dunia tampak aneh dan baru.
Ketertarikan terhadap kehidupan orang dewasa berkembang.
Anak muda bangun di dunia baru
dan tidak mengerti kehidupan tersebut maupun dirinya sendiri!
Dilihat dari sudut pandang ilmu psikologi, remaja kerap kali mempertanyakan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh mereka di masa kanak-kanak, contohnya, ‘Siapakah aku?’, atau, ‘Apakah keunikanku?’, beserta banyak pertanyaan reflektif lainnya. Berbagai keingintahuan yang tidak terjawab bisa jadi stressor bagi remaja. Menurut Erikson, masa kebingungan diri atas identitas berlangsung selama masa remaja, karena di masa ini remaja harus mulai memutuskan siapakah diri mereka, apa keunikannya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dalam diagram psikososialnya yang mahsyur, masa remaja adalah masa di mana mereka mempertanyakan identitas diri mereka sendiri dan berusaha penuh untuk ‘menjadi sesuatu’. Meski diri kita dibangun sejak lahir hingga akhir hayat, masa remaja yang dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan atas kehidupan ini sangat membutuhkan genggaman tangan sosok dewasa yang bisa mereka percayai.
Sejarah membuka lebar peluang bagi kita untuk memahami adanya generation gap yang cukup besar dari masa ke masa, meski semakin lama semakin menyempit, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. Ada kemungkinan besar bahwa ilmu psikologi remaja baru diperhatikan oleh ilmuwan secara global pada awal tahun 1980-an (bayangkan tantangan distribusi informasi pada masa-masa sebelum adanya internet). Kasarnya, remaja merupakan sebuah kluster usia yang paling belakangan untuk diteliti. Hal ini berdampak luas: generasi sebelum Generasi X (generasi yang lahir di antara tahun 1965 hingga 1980) tidak mempunyai informasi yang banyak mengenai psikologi remaja, tentu jauh berbeda dari keadaan di era sekarang, di mana isu kesehatan mental remaja marak difitur di berbagai platform digital yang besar. Meski begitu, hal ini hanya bisa didapatkan di dalam kehidupan perkotaan di mana masyarakat mempunyai aksesibilitas tinggi, kemampuan penggunaan gawai, dan pendidikan yang memadai. Lalu, bagaimana nasib distribusi informasi, atau lebih simpelnya pendidikan mengenai remaja, di daerah pedesaan? Bisa jadi nol besar.
Peran besar Titian, khusunya di Bayat, Tangerang Selatan, Jogjakarta, dan Lombok; adalah menjadi jembatan bagi para anak muda di masa rentannya untuk membangun sendiri identitas dirinya yang mereka sendiri resahkan, mungkin tanpa mereka sendiri sadari. Kita berusaha untuk membuat pergerakan positif dalam merangkul kebutuhan kognitif dan kemampuan intelektualitas mereka sebagai manusia yang berpikir—dengan cara menunjukkan berbagai opsi dalam kehidupan, membukakan wawasan mengenai bagaimana dunia bekerja, juga menjabarkan alternatif yang bisa mereka tekuni sehingga mereka menjadi pribadi yang mandiri. Mengarahkan mereka di masa-masa rentan.
Sudah merupakan agenda global untuk mencoba perhatikan remaja lebih dalam lagi, masih banyak pihak yang tidak atau belum memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang krusial. Inilah letak kunci sukses Program Pendampingan Titian yang menjadi suatu khas bagi Titian sendiri—sebagai sebuah NGO yang bergerak di bidang pendidikan. Di Titian, berbagai pihak yang mempunyai visi serupa mempunyai satu wadah untuk berkolaborasi dan bersinergi demi ‘merangkul’ masa muda anak-anak dengan memberikannya pendidikan yang layak. Dengan cara ini, kami dapat memberikan jalan menuju peningkatan kualitas hidup kepada mereka—kuncinya terletak pada saat mereka menyadari bahwa kemampuan kognitifnya sama seperti anak muda manapun di seluruh dunia dan dapat difungsikan juga dimanfaatkan dengan baik untuk masa depan mereka. Titian ada untuk masa-masa sturm und drang para penerima beasiswa dan juga masyarakat sekitar Sentra Pembelajaran kami yang masih berada di usia remaja. Rasanya tidak ada kata telat untuk mulai memikirkan dan merangkul mereka lebih baik dari sebelumnya. Mari bersama rangkul remaja!
Referensi: Santrock, John. 2007. Adolescence, 11th Edition. University of Dallas, Texas. Jakarta: Penerbit Erlangga
World Health Organization. 2013. Definition of Youth. Secretary-General’s Report to the General Assembly, A/36/215, 19812013