Titian berhasil menyelesaikan sejumlah proyek signifikan dan kemudian mampu berjalan secara mandiri. Kami tentu saja masih mengawasi, selain gembira melihat kemajuan mereka yang berkelanjutan. Masing-masing adalah kisah yang memberikan inspirasi dan mencerminkan prinsip kerja Titian. Harapan kami adalah bisa bekerja sama dengan mitra untuk melakukan proyek-proyek serupa di masa depan.
Lily Kasoem, seorang pengusaha Indonesia, tergerak untuk mengunjungi Provinsi Aceh yang hancur oleh bencana tsunami tahun 2004. Seluruh kota tersapu ombak dan lebih dari setengah juta orang yang tersisa mengungsi. Dua tahun setelah bekerja tanpa lelah membantu para korban yang bertahan hidup di Aceh, beliau mendirikan Yayasan Titian dan memutuskan untuk secara purnawaktu membantu masyarakat yang kurang beruntung di Indonesia.
Sejak itu, kami terus membantu masyarakat Aceh memulihkan dan membangun kembali wilayah mereka. Dengan bekerja sama dengan instansi lokal dan badan resmi pemerintah yang dibentuk setelah terjadinya bencana, yakni BRR NAD-Nias, kami mampu membuat perbedaan secara signifikan dalam pemulihan aktivitas finansial di kawasan ini.
Salah satu dari banyak cerita mengharukan yang muncul dari situasi menyedihkan akibat tsunami 2004 adalah kisah para pedagang pasar Lamreh yang berdagang di sebuah bangunan yang dibangun oleh Soroptimist International, sebuah organisasi yang didedikasikan bagi pemberdayaan perempuan.
Dengan bermitra dengan perusahaan jasa keuangan CLSA, kami dapat melaksanakan program di mana 134 perempuan dari Pidie, Aceh, yang kehilangan suami saat bencana tsunami bisa menjadi mandiri secara finansial dari perkembangan usaha pemrosesan makanan. Kami memberikan para perempuan tersebut pelatihan kewirausahaan dan tetap menjalin hubungan baik hingga saat ini.
Titian Foundation didirikan sebagai respons atas gempa bumi yang melanda Jawa Tengah tahun 2006, di mana kami membangun tiga sekolah yang hancur di sebuah desa terpencil bernama Bayat.
Hanya dua tahun setelah bencana tsunami yang mengguncang pantai timur Indonesia, sebuah gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter melanda jantung provinsi Jawa Tengah dan merenggut nyawa 5.000 jiwa di daerah itu. Akibat gempa tersebut, lebih dari 9.000 orang terluka, 100.000 orang mengungsi, dan 60.000 rumah rusak parah. Titian Foundation kemudian didirikan sebagai respons atas bencana ini, dan kami bekerja keras untuk membangun kembali tiga sekolah yang hancur di sebuah desa terpencil bernama Bayat.
Berkat kontribusi dan kedermawanan beberapa mitra kami: Beiersdorf, sebuah perusahaan produk perawatan pribadi asal Jerman; CLSA, perusahaan jasa keuangan dan broker ekuitas independen; program Reach Out To Asia (ROTA) dari Qatar Foundation; serta Soroptimist International Jakarta, yang secara kolektif mendanai pembangunan TK, SD dan SMP, kami mampu membangun kembali sekolah-sekolah dalam satu kompleks dan meningkatkan kualitas peralatan dan fasilitas sekolah secara menyeluruh. Perbaikan fasilitas sekolah secara signifikan meliputi ruang kelas ramah lingkungan, ruang perpustakaan yang besar, gedung olah raga, area seni, fasilitas internet, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, dan taman bermain terbuka.
Meskipun kami telah secara resmi menyerahkan pengelolaan sekolah kepada pemerintah Jawa Tengah, kami terus terlibat dalam mendukung sekolah dengan memberikan saran manajemen untuk operasional sekolah sehari-hari. Dua kontribusi penting yang kami berikan bagi sekolah-sekolah tersebut setelah serah terima adalah mendirikan Persatuan Guru dan Murid di sekolah, dan membangun Sentra Pembelajaran Masyarakat (CLC) yang berada dalam lingkungan sekolah. Dengan bantuan mitra kami, kami terus melengkapi CLC dengan buku-buku dan peralatan lainnya.
Ketika Gubernur Jawa Tengah pada masa itu, Bpk. Mardianto, meminta kami untuk membangun sekolah di Bayat, dan telah menyediakan tanah untuk kami seluas 26.000 m², kami langsung mengambil kesempatan itu tanpa keraguan sedikit pun.
Dengan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten, dan dengan dana yang diberikan secara murah hati oleh Qatar Foundation melalui program ROTA, kami mulai membangun SMK modern yang berfokus pada kerajinan tradisional batik dan keramik. Sekolah itu secara resmi dibuka pada tahun 2009 dan kami bangga bahwa angkatan pertama SMK NEGERI 1 ROTA Bayat telah lulus dan mengejar pendidikan tinggi atau mulai bekerja.
Batik dan keramik merupakan keterampilan yang telah ada di masyarakat setempat, jadi alangkah tepat membangun sekolah kejuruan sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan kekuatan yang telah dimiliki masyarakat. Dukungan atas pengembangan kerajinan keramik datang kemudian dari profesor ternama Chitaru Kawasaki, yang bergabung dengan tim sebagai relawan profesional, untuk memberikan konsultasi teknis dalam hal kurikulum dan bengkel kerja keramik.
Sekolah kejuruan ini memiliki empat ruang kelas untuk kelas 1,2, dan 3. Dengan luas sekitar 5.600 m², bangunan sekolah dilengkapi dengan dua bengkel kerja untuk setiap jurusan, kantor guru, laboratorium bahasa, perpustakaan, laboratorium komputer, auditorium, serta galeri komersial tempat para siswa menjual produk mereka ke masyarakat. Fasilitas rekreasi mencakup lapangan voli, kantin, dan taman sepeda tertutup.
Kami berterima kasih kepada para mitra kami dalam proyek ini. Selain menyediakan tanah, pemerintah Kabupaten Klaten juga menyediakan guru, peralatan, pendampingan, serta izin yang diperlukan. Program ROTA dari Qatar Foundation juga menyediakan dana untuk membangun sekolah. Bersama-sama, kami telah membuat perbedaan secara signifikan bagi lebih dari 500 siswa serta keluarga mereka di masyarakat. Dengan adanya sekolah ini, anak-anak daerah tertinggal di Bayat memiliki akses ke fasilitas pendidikan. Sungguh suatu kebahagiaan sendiri bagi kami melihat banyak siswa yang setelah lulus SMK mendapatkan beasiswa untuk kuliah dengan usaha mereka sendiri.
Kami terus mendukung dan memantau SMK ini dengan sangat hati-hati. Namun lebih dari itu, kami terus menjalin kontak dengan para siswa yang telah berhasil dalam studi mereka. Kami ingin terus memberikan dukungan saat mereka terus bergerak maju supaya suatu hari kelak mereka dapat kembali dan membantu membangun masyarakat di tempat asal mereka.
Pada tahun 2009, Titian membantu untuk membangun kembali sebelas rumah yang tersapu oleh tanah longsor di desa kecil Cigalontang di Tasikmalaya.
Pada September 2009, gempa tektonik berkekuatan 7,3 Skala Richter melanda barat daya Tasikmalaya, Jawa Barat yang mengakibatkan banyak korban. Buntut dari gempa ini termasuk tanah longsor di daerah perbukitan Tasikmalaya, seperti Cigalontang yang rumah-rumah warganya hancur. Titian kemudian membantu membangun kembali sebelas rumah di Cigalontang. Sebagai bagian dari skema yang sama, kami juga mengembangkan Sentra Pembelajaran Masyarakat (CLC) di desa tersebut.
Membantu anak-anak mendapatkan pendidikan adalah salah satu cara untuk mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan, namun Titian melihat orang tua mereka juga membutuhkan bantuan untuk memperbaiki taraf hidup keluarga. Seringkali, halangan untuk kemajuan mereka adalah terbatasnya akses permodalan yang dihadapi usaha mikro/kecil di daerah terpencil. Itu sebabnya, pada tahun 2014, Titian meluncurkan Program Pembiayaan Mikro.
Titian memprakarsai Program Pembiayaan Mikro atau Microfinance tersebut dengan dua lembaga perbankan terkemuka—Panin Bank Syariah dan BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) untuk memfasilitasi permodalan bagi usaha mikro/kecil. Program ini awalnya ditawarkan kepada orang tua penerima beasiswa, tetapi kemudian diperluas ke pengusaha kecil lainnya di Bayat, Klaten. Program Pembiayaan Mikro menjadi angin segar pengganti rentenir yang sering menjebak pengusaha mikro di desa-desa kecil seperti Bayat.
Pertemuan rutin diadakan sebagai forum untuk mengajarkan para anggota cara mengelola usaha dan berbagi ide untuk meningkatkan produktivitas serta pendapatan mereka. Pertemuan ini juga untuk membangun kerja sama yang baik antaranggota dan memungkinkan mereka untuk berbagi kisah sukses tentang perjalanan usaha mereka.
Titian menemukan bahwa produksi meningkat sebanyak 25% setelah anggota mendapat pinjaman. Banyak dari mereka bisa berproduksi hingga tiga kali lipat sebagai hasil dari pendanaan tambahan tersebut. Total penyaluran pinjaman per Desember 2019 untuk program ini bernilai Rp200 juta. Beberapa penerima manfaat Program Microfinance tersebut menjadi sangat sukses, sehingga mereka bisa beralih ke pinjaman bank konvensional, yang menandakan kemampuan mereka mengelola stabilitas usaha dalam jangka panjang.
Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan atau Information and Communications Technology (ICT) for Education diakui secara internasional sebagai alat vital untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan keterampilan pembelajaran seumur hidup bagi siswa sekolah. ICT juga membantu meningkatkan kinerja administrasi sekolah dan menghasilkan guru yang lebih baik melalui peningkatan metodologi pengajaran dan pembelajaran.
ROTA (bagian dari Qatar Foundation), dalam kemitraan dengan Qatar Petroleum sebagai mitra pendanaan dan Titian Foundation sebagai mitra pelaksana, meluncurkan proyek percontohan pertamanya yang membawa potensi ICT ke 13 sekolah di Yogyakarta, Indonesia.
Tujuan umum program ICT for Education adalah untuk:
Serangkaian pelatihan, baik untuk tingkat pelatih mahir maupun guru, diselenggarakan dengan bekerja sama dengan Intel Indonesia dan Infest—penyedia pelatihan program, selama kurun waktu dua tahun tersebut.
Kami telah membangun sepuluh Sentra Pembelajaran Masyarakat atau Community Learning Centre (CLC) di seluruh Indonesia. Kami melihat CLC sebagai pusat dan tempat yang penting bagi anggota masyarakat untuk mempelajari keterampilan baru serta meneruskan pengetahuan dan keterampilan tradisional selaras dengan upaya pelestariannya untuk generasi mendatang.
Masyarakat Desa Gemawang di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyambut baik gagasan pendirian CLC Gemawang. Dukungan antusias kepala desa Gemawang memungkinkan kami membangun CLC terpadu di atas sebidang tanah seluas 2.000 meter2. CLC Gemawang terdiri dari tiga blok yang terpisah. Di sana terdapat dua ruang kelas, sebuah bangunan joglo yang berfungsi sebagai tempat pertemuan serbaguna, laboratorium komputer, dan sebuah bangunan di bagian depan yang berfungsi sebagai galeri komersial untuk menjual dan mempromosikan berbagai produk yang dibuat oleh pengusaha lokal. Selain itu ada sebuah bangunan yang terpisah dan terletak di seberang jalan, yang berfungsi sebagai bangunan perpustakaan. Pembangunan CLC Gemawang menghabiskan dana sekitar Rp 1,2 miliar, sudah termasuk perabotan, buku, komputer, dan program lebih lanjut yang masih didukung oleh Titian Foundation setelah serah terima CLC kepada pemerintah daerah.
Pada tahun 2018, CLC Kaliurang dibuka untuk umum. CLC ini terletak di Jalan Kaliurang KM 24, hanya beberapa menit berkendara dari portal yang menandai pintu masuk ke kawasan wisata Kaliurang.
CLC Kaliurang dilengkapi dengan perpustakaan serta laboratorium komputer. Terdapat juga ruang besar untuk pelatihan yang dapat menampung 40 orang dalam pengaturan ruang kelas.
CLC ini dibangun bersamaan dengan pembangunan sekolah Bayat, karena itu CLC ini berlokasi di dalam kompleks sekolah. Jadi tempat ini terutama digunakan oleh anak-anak usia sekolah yang tinggal di desa-desa sekitar. Mereka memanfaatkan tempat itu untuk kegiatan ekstrakurikuler. Anak-anak diizinkan menggunakan fasilitas perpustakaan dan menghadiri kegiatan rutin seperti acara mendongeng, permainan asah otak, kompetisi menulis, selain juga boleh memanfaatkan koleksi buku dan mainan yang tersedia. Mereka juga bisa menggunakan komputer dan mengakses internet.
Titian Foundation secara persuasif mengajak anggota masyarakat dewasa untuk memanfaatkan CLC bagi kegiatan masyarakat, terutama kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Selain letaknya yang berdekatan dengan CLC Bayat, CLC SMKN 1 ROTA didirikan dengan cara yang mirip dengan CLC Bayat, yakni sebagai perluasan perpustakaan di dalam kompleks sekolah. Hal ini didasarkan pada misi Titian Foundation untuk menyediakan fasilitas belajar dan pendidikan bagi penerima manfaat yang lebih luas. Bangunan CLC ini berdiri bersamaan dengan selesainya pembangunan sekolah pada Juni 2009.
CLC yang terbuka untuk umum ini memiliki banyak koleksi buku tentang keterampilan hidup dan bisnis, sehingga terbuka juga untuk masyarakat dewasa. CLC ini juga dilengkapi peralatan audio-visual dan delapan komputer yang terhubung ke internet. Diharapkan komputer tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan riset melalui internet, memasarkan produk secara online, mencari pekerjaan, serta mengembangkan karier.
Ketika gempa besar menimpa Sumatera Barat bulan Oktober 2009, banyak bangunan hancur yang diakibatkannya. Kecamatan Patamuan menjadi kecamatan yang paling parah terdampak bencana tersebut dengan 18 sekolah rusak, menyisakan sekitar 2.500 siswa belajar di fasilitas sementara.
CLC, yang memiliki tiga pusat kegiatan utama, beroperasi penuh sebagai hasil kemitraan dengan masyarakat setempat, yang dipimpin oleh Wali Nagari dan sekolah. Berbagai program diperkenalkan; seperti kompetisi untuk anak-anak, kursus, penyediaan koleksi buku dan materi audio-visual baru, sosialisasi, dan membaca buku.
Pada tahun 2009, kami membantu pembangunan kembali sebelas rumah yang hanyut akibat bencana tanah longsor yang melanda desa kecil Cigalontang, Tasikmalaya. Sebagai bagian dari skema yang sama, dan sebagai program lanjutan, kami juga mengembangkan CLC di desa tersebut.
CLC Cigalontang dilengkapi dengan lima komputer, perpustakaan, serta peralatan audio-visual untuk sarana belajar masyarakat, dan setiap harinya dikunjungi oleh sekitar 40 orang, sebagian besar merupakan siswa sekolah dasar. CLC ini juga mengadakan kursus komputer bagi siswa SD dan SMP sekitar.
Titian selalu semangat jika bisa mengulang keberhasilan Program Beasiswa Bayat ke daerah-daerah kurang mampu lainnya. Setelah menyurvei beberapa sekolah dan desa di Jawa Tengah dan Jawa Barat, ternyata masih ada kebutuhan besar akan beasiswa dan pemberdayaan masyarakat yang dekat dengan Jakarta, yaitu di Tangerang Selatan (Tangsel). Oleh karena itu, Titian Foundation membuka CLC baru di Tangsel pada tahun 2017. Sebuah rumah kontrakan diubah menjadi CLC, yang juga berfungsi sebagai kantor cabang Titian di wilayah Jabodetabek. Penyiapan CLC ini didukung oleh CLSA Chairman’s Trust dan Soroptimist International of Jakarta.
Selain Program Beasiswa, CLC ini menawarkan program rutin lainnya yang terbuka untuk masyarakat umum seperti musik, penguasaan Bahasa Inggris, komputer, menjahit, dan pewarnaan baju dengan teknik ikat.