Pembelajaran tentang hidup bisa kita dapat dari siapa saja dan dari belahan dunia mana saja. Ini adalah sekelumit pembelajaran dari seorang supir taxi di San Francisco (SF), Amerika Serikat.
Ada kejadian menarik dalam perjalanan taksi sewaktu di SF. Supir taksi tersebut orang Rusia, yang kalau saja saya tidak ajak mengobrol, niscaya saya tidak tahu cerita hidupnya yang mengesankan.
Ia adalah salah satu yang tertarik untuk hijrah ke Amerika Serikat (AS), yang dikenal sebagai tanah penuh peluang. Pada tahun 2000, ia begitu yakin tidak ada harapan lagi hidup di Rusia, dan ia rela meninggalkan pekerjaan prestisiusnya sebagai pilot lalu memboyong istri dan putranya yang berusia 14 tahun ke AS untuk mengejar impiannya, menjadi programmer komputer.
Di saat ia menginjakkan kaki di ‘tanah kebebasan’, ia mengikuti kelas coding di perguruan tinggi setempat. Namun karena kemampuan bahasa Inggris yang terbatas, ia mencari nafkah dengan menjadi sopir taksi.
Namun malang, di saat ia lulus kuliah, gelembung dot com yang ia pelajari berakhir di 2001. Meskipun ia memiliki keterampilan lain, peluang bagi programmer baru yang lulus diusia 40 tahun tampak sangat kecil ketika harus berhadapan dengan anak muda.
Sebagai pencari nafkah utama, ia tidak punya pilihan selain melanjutkan mengemudi taksi. Hingga hari ini.
Pria ini punya banyak alasan untuk merasa dunia tidak adil padanya.
Pertama, pada saat ini, setelah mengalami gelembung dot com, industri taksi menhadapi tantangan dari layanan serupa seperti Uber dan Lyft. Armada Uber di SF diperkirakan ada sebanyak 40ribu dan Lyft sebanyak 2ribu.
Kedua, pekerjaannya bisa dilihat sebagai penurunan; dari menerbangkan pesawat ke mengemudi taksi.
Ketiga, banyak teman-temannya di Rusia memperoleh kehidupan yang lebih baik. Ia bisa saja merasa bersalah dan menyesal telah meninggalkan Rusia, lalu harus menghadapi dua perubahan besar di industri tempat ia bekerja.
Nyatanya pria ini tetap ceria dan senang mengobrol. Alih-alih berfokus pada apa yang buruk, ia berfokus pada apa yang baik dalam hidupnya.
Rupanya, putranya mengikuti minatnya di bidang coding. Putranya telah lulus dari sekolah coding dan sekarang bekerja di perusahaan teknologi di Palo Alto, sebagai insinyur.
Tidak ada jejak kepahitan pada pria ini, bahkan dengan gembira menceritakan kesuksesan teman-temannya di Rusia. Alih-alih, ia sangat bersyukur atas peluang yang bisa putranya peroleh di Amerika.
Kita bisa memilih menjadi bahagia atau tidak dengan berfokus pada berkat yang kita dapat, ketimbang ‘kesalahan yang kita buat dalam hidup’.
Pilihannya ada pada kita dan saya mau mulai menghitung lagi berkat yang telah saya terima.
Wuddy Warsono
Anggota Dewan Pembina dan Bendahara