Tentang Kisah Titian

Perjalanan Titian dimulai ketika bencana melanda negeri kami. Kami tergerak untuk membantu. Kami merasa bahwa ini adalah panggilan untuk menjangkau dan melayani kapan pun kami mampu.

Yayasan Titian Masa Depan (Titian) didirikan oleh Lily Kasoem pada tahun 2006. Sebagai manajer proyek untuk Soroptimist International, Lily adalah katalisator untuk membangun kembali Lamreh, sebuah desa di Aceh yang hancur akibat tsunami 2004. Meskipun awalnya ia pergi ke Aceh untuk melihat bagaimana ia bisa membantu setelah tsunami, ia menemukan kenikmatan bekerja di lapangan. Ia pun merasakan sendiri manfaat berada di organisasi yang lebih kecil, karena hal tersebut memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan meminimalkan birokrasi dalam menjalankan proyek, di mana waktu merupakan hal yang krusial.

Ketika gempa bumi melanda Jawa Tengah pada tahun 2006, Lily menyadari bahwa ia memiliki kesempatan untuk membantu kembali. Ia memulai Titian dengan tujuan membantu masyarakat untuk memperkuat mata pencaharian mereka secara berkelanjutan—terutama di saat krisis.

Berbekal pengalaman di Aceh, Lily melihat bahwa dalam keadaan seperti itu yang dibutuhkan adalah bantuan jangka panjang yang berkelanjutan agar kehidupan dan komunitas mereka bisa terbangun lagi. Prinsip ini menjadi bagian integral dalam pemberdayaan masyarakat Titian di Jawa, Sumatra, dan yang terbaru di Lombok.

Tahun-tahun berikutnya, Titian berkembang dari awal yang sederhana menjadi organisasi multi-segmen yang berpusat pada keyakinan inti akan pentingnya pendidikan bagi kaum muda melalui akses ke sekolah yang layak, dan juga bagi masyarakat melalui pemberdayaan.

Indonesia adalah negara dengan potensi tak terhingga. Namun fakta di lapangan yang Titian temukan bahwasanya anak muda dan masyarakat tempat mereka berasal adalah sejatinya potensi yang paling berharga.