Indonesia diberkati oleh sumber daya alam yang berlimpah termasuk keberagaman budaya, dan Titian melihat tradisi budaya sebagai esensi dari identitas nasional bangsa yang harus dilestarikan, dan juga diteruskan ke generasi selanjutnya. Dua wilayah di mana Titian beroperasi mewakili sebagian kekayaan budaya tersebut, yaitu di Bayat dan Rembitan.

Bayat adalah desa sederhana yang terletak di bagian tenggara Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Bayat telah lama menjadi pusat produksi batik dan gerabah. Batik Bayat dikatakan mulai berkembang sejak abad ke-16. Dua alumni Program Beasiswa Titian dari Generasi 2 membawa obor tradisi ini dan secara aktif mengembangkan kerajinan mereka. Sidik Purnomo dengan seni keramik dan gerabahnya, dan Suryanti melalui batik. Sidik dan Suryanti mengambil jurusan seni di universitas dan menggabungkan tradisi dalam kreasi mereka dengan sentuhan modern. Kreasi cemerlang mereka dapat dilihat di akun Instagram, @buntaristudio dan @rokechi.

Berjarak seribu mil di sebelah timur Bayat adalah Rembitan, di Lombok Tengah. Rembitan adalah desa asli suku Sasak di mana dusun wisata populer Sade berada. Salah satu kerajinan khas mereka adalah tenun. Sebelum Titian terlibat di Rembitan, motif tenun mereka sangat sederhana; jauh dibandingkan dengan tenun dari desa tetangga, Desa Sukarara, yang sudah terkenal indah. Titian melihat peluang untuk meningkatkan kemampuan mereka. Bekerja sama dengan mitra kami, Soroptimist International of Jakarta (SIJ), kami mengadakan program pelatihan dengan penenun ahli dari Desa Sukarara agar perempuan Rembitan bisa membuat tenun berkualitas tinggi.

Selain dari upaya mereka sendiri, CLC kami juga menyediakan tempat untuk menampilkan hasil karya dari para alumni program dan masyarakat sekitar kami, sehingga mereka dapat mendapatkan eksposur tambahan dan mencapai penjualan yang lebih tinggi.