Berita

Membentuk Masa Depan: Peran Anak Muda di Lombok Utara

Gestur mereka memperlihatkan kesigapan dan mata mereka yang memancarkan rasa penasaran. Satu demi satu dari mereka menekukkan lututnya dan duduk manis. Di hari itu, tepatnya di CLC Titian Pemenang, mereka mendapatkan sejumlah pandangan baru dari Bapak Wakil Bupati Lombok Utara, Danny Carter Febrianto Ridawan. Tidak ada sekat di antara mereka—Pak Danny membuat mereka nyaman dengan memposisikan dirinya sebagai seorang kakak untuk mereka. Mereka adalah para penerima beasiswa Titian di Lombok, atau disebut dengan ‘Titianers’. Inilah salah satu bentuk dari sekian banyak hal yang Titian fasilitasi untuk mereka, para pembelajar muda: meningkatkan kualitas wawasan dan juga memperluas pandangan dengan cara mempertemukan mereka dalam berbagai sesi dengan orang-orang yang memiliki berbagai latar belakang, pengalaman, dan keahlian.

Lantas, di kesempatan tersebut, Pak Danny menjelaskan mengenai peran para pemuda untuk memajukan Indonesia, khususnya untuk Kabupaten Lombok Utara. Dengan menceritakan sedikit mengenai perjalanan hidupnya yang juga dulunya merupakan seorang pencari beasiswa seperti para Titianers, hingga pada akhirnya memasuki dunia politik, Pak Danny memberikan inspirasi yang nyata bagi para penerima beasiswa Titian. Memulai karir politik di usia yang masih muda pastinya penuh tantangan dan penuh oleh ujian. Tak patah arang, Pak Danny membuktikan kemampuannya, dan membuktikan bahwa orang yang masih muda bisa melakukan hal besar melalui pelaksanaan tugas yang beliau kerjakan, mulai dari melakukan koordinasi dengan dinas-dinas, mengatur anggaran pemerintah, membangun infrastruktur yang jauh lebih bagus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dan masih banyak lagi.

Secercah motivasi pun dicurahkan oleh beliau dengan satu ide kunci: jika kita terus belajar dengan giat dan meningkatkan kemampuan kita sebaik mungkin maka kita dapat meraih apa yang kita inginkan, yang tentu saja nantinya dapat berdampak baik bagi diri kita sendiri, orang lain, bahkan negara, khususnya di daerah mereka sendiri, yaitu Lombok Utara. Bagi Titianers, kata-kata ini begitu menguatkan mereka untuk terus belajar, mengingat hal tersebut terlontar dari seorang figur yang berasal dari daerah yang sama persis dengan mereka.

Saat sesi tanya jawab dimulai, gelombang pertanyaan kreatif yang menarik keluar dari para Titianers: bagaimana usaha Pak Danny sebagai Wakil Bupati muda untuk memimpin di tengah-tengah pikiran orang tua? Sejak usia berapa seseorang dibolehkan untuk menjadi pimpinan daerah? Bagaimana peran pemuda dalam pemilu, bagaimana menangani permasalahan yang berkaitan dengan infrastruktur, utamanya isu yang dihadapi masyarakat di daerah terpencil, bagaimana persiapan anak muda dalam menghadapi bonus demografi, dan apa saja kewajiban serta rintangan menjadi seorang Wabup?

Kemudian, pembahasan berkembang ke permasalahan masyarakat, mulai dari pemberdayaan perempuan dan anak, serta permasalahan pernikahan di usia anak dan juga stunting. Pak Danny menuntaskan semua rasa ingin tahu yang ditunjukkan oleh Titianers yang bertanya maupun mendengarkan diskusi tersebut. Pada akhirnya, beliau mengingatkan bahwa hal paling vital yang mereka pelajari di hari itu adalah bagaimana belajar itu penting sekali bagi mereka. Focus on the now. Meningkatkan fokus mereka untuk berjalan menuju cita-cita di tengah gempuran kemalasan dan rasa ingin bermain-main atau mengonsumsi hiburan secara berlebihan, adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan.

Terdapat juga penjelasan yang menarik bagi para Titianers, yaitu mengenai jenis-jenis pemuda yang memiliki inti bahwa mereka harus belajar menyeimbangkan kepintaran dan kepedulian. “Pak Danny menjelaskan betapa baiknya jika anak muda punya keseimbangan antara dua-duanya, sebagai mahluk sosial, kita harus memiliki relasi atau lingkungan yang baik agar nantinya berdampak baik juga untuk diri sendiri maupun orang lain. Jadi, dari sinilah kita membentuk rasa kepedulian kita terhadap pemuda dan pembuktian kita sebagai pemuda yang bermakna,” jelas Wahyuni, seorang Titianers Generasi ke-4. Kepedulian sosial merupakan sesuatu yang ditanamkan juga di Titian melalui program Volunteering dan juga Social Project, di mana para Titianers diasah untuk meningkatkan kepedulian sosial mereka dengan melakukan perencanaan kegiatan, menentukan target, dan juga membangun tim yang solid dengan tujuan membantu orang lain yang membutuhkan.

Ada alasan mengapa sesi dengan Pak Wabup ini merupakan bagian dari Kelas Literasi Titian Lombok. Di Titian, kami berusaha mengenalkan pada siswa kepada berbagai jenis literasi yang nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan mereka. Titianers yang hadir dan berpartisipasi dalam sesi dengan Pak Wakil Bupati ini mendapatkan peningkatan ‘literasi politik’–pemahaman tentang proses politik dan isu-isu politik yang memungkinkan kita untuk menjalankan peran kita sebagai warga negara secara efektif. Sebagai ‘zoon politicon’, atau makhluk yang tak jauh dari kehidupan sosial beserta berbagai kepentingan yang beragam antar satu sama lainnya, idealnya semua warga negara mendapatkan pemahaman mengenai politik dalam skala besar maupun skala kecil.

Serupa tapi tak sama dengan literasi politik, namun dengan cakupan yang lebih general, civic literacy, atau kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, ‘literasi sipil’, pemahaman atas peranan kita untuk berpartisipasi di masyarakat, merupakan sebuah istilah yang juga belum terlalu umum terdengar maupun dipahami di Indonesia, padahal peningkatan literasi politik maupun sipil merupakan hal yang penting untuk dipelajari semenjak usia muda karena hal tersebut merupakan bekal semua warga negara untuk mengambil andil dan menyikapi kebijakan. Di daerah-daerah yang jauh dari kota besar, diseminasi literasi politik penuh dengan tantangan dengan alasan berbagai hal, termasuk faktor tingkat pendidikan yang berpengaruh pada penyerapan pengetahuan individu.

Memang, menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 63 tahun 2020 mengenai Penetapan Daerah Tertinggal, wilayah Lombok Utara masih termasuk ke dalam deretan daerah yang masih harus mengejar ketertinggalannya, namun dengan adanya pemahaman mengenai peran pemuda dalam membangun daerah, para Titianers mendapatkan kesempatan untuk mempelajari apa saja hal yang bisa mereka lakukan untuk daerahnya sendiri, juga mengambil keputusan dan menentukan sikap dalam bermasyarakat, utamanya untuk membangun lingkungannya sendiri. Kini, oleh Wakil Bupati mereka sendiri, Titianers telah diingatkan kembali, bahwa bagi mereka untuk sekarang ini, hal yang terpenting adalah memberdayakan diri terlebih dahulu dengan fokus belajar, mengasah ilmu, dan juga meningkatkan keterampilan mereka. Terima kasih, Pak Danny Carter, atas ilmunya yang berharga untuk anak-anak Titian di Lombok Utara.

Referensi: