Berita

Mengapa Lembaga Swadaya Masyarakat Ada?

Seberapa sering topik mengenai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) diperbincangkan saat kumpul-kumpul dengan rekan, atau saat makan malam bersama keluarga? Kemungkinan besar jarang. Selain bukan topik yang umum, istilah LSM mungkin sebenarnya belum begitu umum dikenali oleh masyarakat kita. Lantas, apa pentingnya fungsi LSM dan bagaimana LSM bisa terbentuk?

Sejarah mencatat bahwa pada awalnya istilah LSM menjadi populer pada akhir Perang Dunia Kedua karena Perserikatan Bangsa-Bangsa berusaha melakukan pembedaan antara badan-badan khusus antar-pemerintah dan organisasi swasta. Bayangkan saja seberapa banyak organisasi yang mungkin ‘tidak sengaja’ terbentuk pascaperang—banyak sekali pastinya yang melakukan kegiatan sukarela untuk saling membantu satu sama lain. Namun, sebenarnya asal muasal gerakan itu jauh lebih lama sebelumnya. Ada kemungkinan bahwa LSM internasional pertama di dunia adalah Anti-Slavery Society (organisasi antiperbudakan) yang dibentuk pada tahun 1839 di Amerika Serikat. Organisasi ini menjadi katalisator bagi banyak organisasi yang mengikutinya. Kemudian, tumbuhlah berbagai LSM lainnya, termasuk Palang Merah, Save the Children, dan Oxfam setelah Perang Dunia II.

Di era sekarang, LSM merupakan aktor non-negara yang berperan signifikan untuk mendorong kemajuan negara. LSM juga merupakan alat pendorong bagi negara untuk merealisasikan pelaksanaan SDGs, yaitu Sustainable Development Goals—sebuah kerangka pembangunan global yang dirancang oleh PBB. LSM memiliki bermacam-macam fokus pergerakan dan juga tujuan, contohnya fokus dalam perihal HAM, lingkungan, dan juga pemberdayaan perempuan. Jiwa dari SDGs bisa dilihat pada moto-nya sendiri, yaitu ‘no one left behind’ atau ‘tidak ada yang tertinggal’. Moto ini terkonsep untuk mengintegrasikan pembangunan dunia termasuk seluruh negara yang mendukung keberadaan SDGs.

Pada saat SDGs diluncurkan untuk pertama kalinya, Indonesia telah memiliki rancangan prioritas pembangunan yang tertuliskan dalam Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019. Singkatnya, Nawacita terdiri dari sembilan prioritas pembangunan. SDGs diterjemahkan dan diintegrasikan ke dalam agenda pembangunan nasional dan daerah, dan secara umum, semua target SDGs bersinggungan dengan komponen Nawacita. Sekarang, RPJMN telah diperbarui untuk tahun 2020-2024. Jelas bahwa salah satu peran terbesar LSM adalah untuk menjadi mitra kerja sama negara dalam pembangunannya. Mengingat bahwa terbangunnya LSM merupakan salah satu respon masyarakat yang paling terlihat terhadap globalisasi, LSM tentunya merupakan sebuah penyeimbang antara fungsi pemerintah dan rakyat sehingga suara dan kebutuhan masyarakat untuk mengembangkan negara dan juga dunia bisa menjadi selaras.

Struktur organisasi, latar belakang, dan juga tujuan dari Titian membuat Titian termasuk ke dalam daftar LSM yang mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. Anda bisa membaca di mana letak peran Titian dalam mendukung SDGs maupun mendukung pembangunan rencana negara di artikel ini. Di dalam RPJMN 2020-2024 terbaru, tepatnya dalam Arahan Presiden nomor 2, yaitu Pembangunan Sumber Daya Manusia, terdapat bagian dari rencana peningkatan kualitas pendidikan. Tentu, pendidikan tidak pernah lepas dari serangkaian faktor penentu kemajuan sebuah negara dan juga kemajuan global. Sama dengan LSM aktif lainnya yang bergerak di seluruh belahan dunia, Titian dapat membuat efek berkepanjangan atau ripple effect untuk masyarakat sekitar yang dibantu dan diajak bekerja sama untuk maju dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak hanya memberdayakan remaja melalui bantuan pemberian beasiswa saja, Titian pun memberdayakan masyarakat dengan siap memfasilitasi mereka untuk mempelajari keterampilan baru dan juga membukakan akses terhadap informasi dan ilmu pengetahuan baru.

Sebagian dari dampak perubahan mungkin tidak dapat terlihat dan dirasakan secara instan, karena mengembangkan perilaku dan pola pikir masyarakat atas dasar kebaikan bukanlah suatu perkara mudah dan akan memakan jangka waktu yang cukup lama. Meski tidak mudah, hal ini tentunya masih sangat memungkinkan untuk dilakukan oleh berbagai LSM dan pihak lainnya, terutama jika semua pihak terkait menaruh kepercayaan pada proses. Semenjak tahun 2006, Titian bergerak untuk membantu lebih dari 1,000 siswa untuk lulus Sekolah Menengah Atas. Berbagai program untuk masyarakat pun terus dijalankan secara berkelanjutan dan terpantau. Pendidikan yang didapatkan oleh semua penerima beasiswa Titian dapat membantu mereka dalam segi pengembangan pola pikir yang nantinya akan berdampak juga bagi keluarga mereka masing-masing, peningkatan kualitas hidup, dan juga pengulangan kembali implementasi standar pola didik yang kelak diterapkan untuk generasi selanjutnya. Dunia akan terus berubah seiring waktu. Kini sudah terjawab: keberadaan berbagai LSM di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, merupakan salah satu komponen kuat di dalam suatu masyarakat untuk membantu masyarakat membentuk karakter, kebiasaan, dan mentalitas baru dalam menghadapi tantangan global.

Sumber:
https://www.globalpolicy.org/ngos.html
Filantropi Indonesia. 2017. Berbagi & Berkolaborasi untuk SDGs: Panduan Praktis Implementasi SDGs Sektor Filantropi.
Martani, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, “Indonesia Berpenghasilan Menengah – Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan”, diakses dalam situs https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2019/09/Ringkasan-Eksekutif-RPJMN-IV-2020-2024