Pada hari Sabtu, 15 Februari 2020 telah dilaksanakan seminar dengan tema “Guru yang Dirindukan Siswa” di CLC Titian Kaliurang. Seminar ini dibawakan oleh Sapta Kurniawati, S.Psi, M.Psi. Seminar ini dilatarbelakangi oleh temuan terkait anak yang kurang mendapatkan dukungan dan tempat belajar yang nyaman untuk meraih prestasi. Berbagai kegiatan penunjang pembelajaran untuk anak sudah diberikan, namun anak tidak tumbuh dengan sendirinya tanpa didampingi oleh orang tua dan tentunya instansi pendidikan terkait sehingga penting bagi kami untuk membekali para pendukung anak dalam meraih prestasi, seperti guru, orang tua ataupun wali.
Harapan dilakukan kegiatan tersebut adalah guru mampu menjadi konselor bagi siswa, output-nya yaitu guru memiliki kapasitas dasar terhadap pemahaman siswa dengan perilaku menyimpang di dalam lingkup sekolah. Karena sampai saat ini, orang tua masih banyak yang menimpakan segala beban atau tanggungjawab kepada pihak sekolah. Kompetensi yang harus dimiliki guna mencapai harapan tersebut, yaitu guru mampu memahami perilaku menyimpang yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah, dan guru pun mampu menciptakan kepekaan sosial di lingkungan sosial terkait apa yang terjadi.
Kegiatan diawali dengan Focus Group Discussion (FGD), lalu dilanjut dengan pemaparan materi terkait komitmen profesi serta sharing session terkait temuan guru di lingkungan sekolah. Pada FGD, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok didampingi fasilitator. Lalu, yang didiskusikan pada FGD, yaitu terkait apa saja hambatan guru di dalam sekolah pada saat proses pembelajaran, lalu apa saja yang sudah dilakukan guru untuk menyelesaikan hambatan tersebut dan yang terakhir hambatan apa yang belum terselesaikan oleh guru.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan materi terkait komitmen profesi. Pada bagian ini, peserta seminar banyak diberikan contoh-contoh temuan kasus yang sering terjadi di lingkungan sekolah, serta bagaimana cara menghadapinya. Tak lupa juga, narasumber menyampaikan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan guru di lingkungan sekolah. Setelah itu, sesi berbagi cerita dimulai, karena setiap guru memiliki cerita masing-masing yang tidak semuanya sama dan perlu diketahui bersama, guna menjalankan profesi sebagai guru agar dapat saling belajar. Ada salah satu guru yang bercerita mengenai salah satu siswanya yang duduk di kelas 1. Anak tersebut terpapar tontonan sinetron mengenai ketidaksenangan pada orang tua, hingga ia sendiri berniat ingin melukai orang tua. Setelah didekati oleh guru, anak tersebut berangsur membaik dan meminta maaf atas perbuatannya. Materi yang cukup dibahas mendalam yaitu Mindfullness, bahwa guru harus bisa menerima dengan apa adanya tentang keadaan, sikap, dan perilaku siswa di sekolah. Jika antara guru dan siswa terjalin keakraban dan rasa saling membutuhkan, akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Terakhir, narasumber memberikan satu video tentang guru berlaku adil dan memahami keadaan siswa yang dapat memotivasi guru dalam menghadapi keseharian di lingkungan sekolah.
Seminar ini merupakan awal yang baik untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya. Semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini akan berkelanjutan untuk menciptakan ruang yang nyaman bagi siswa dalam menggapai prestasi. Hal ini tidak hanya kami lakukan untuk guru saja, namun ke tentunya dapat mengikutsertakan orang tua dan para siswa agar menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik di kemudian hari. (DAP)