Berita

Menebar Cinta dengan Cerita

Hari minggu tanggal 10 November 2019 yang lalu menjadi hari yang mengasyikkan bagi anak-anak kampung Nyanggit, desa Rembitan di Lombok Tengah. Bagaimana tidak, setelah bersama seluruh warga bergotong-royong membersihkan kampung, anak-anak (laki-laki saja) bisa mandi bersama di salah satu sumber mata air di desa Rembitan yaitu Mertak Tune. Dua kegiatan ini dilakukan dengan keceriaan anak-anak yang alami, penuh canda dan tawa. Setelah mandi, keceriaan pun berlanjut dengan bermain kelereng bersama. Permainan tradisional ini masih sering dilakukan anak-anak disini.

Kebahagiaan anak-anak semakin membuncah oleh karena kedatangan tiga orang kakak-kakak Komunitas Dongeng Keliling (Doing) dari Solo. Bekerjasama dengan Titian Foundation dan Klub Baca Perempuan, kakak-kakak ini mengadakan acara mendongeng untuk anak-anak kampung Nyanggit dan juga workshop mendongeng untuk ibu-ibu. Sebelumnya, mereka telah mendongeng dibeberapa wilayah di Kabupaten Lombok Utara. Kakak-kakak ini memvolunteerkan diri, mengabdikan tenaga, waktu dan pikiran juga biaya untuk anak-anak dan ibu-ibu di Lombok.

Anak-anak sangat antusias mengikuti acara mendongeng ini, selain karena tidak pernah ada acara seperti ini, mereka juga kagum dengan kakak-kakak pendongeng yang membawakan dongeng dengan sangat baik dan menyenangkan. Total ada tiga cerita yang dibawakan kakak-kakak dari komunitas Dongeng Keliling. Cerita dongeng yang dibawakan kakak-kakak ini sangat persuasif berisikan pesan-pesan moral seperti mengajak anak-anak untuk menjaga lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, saling berbagi juga pesan untuk saling menyayangi. Mereka membawakan cerita dengan semangat dan kreatif. Misalnya saja pada dongeng fabel tentang monyet bernama Moli, kakak yang memainkan peran Moli bisa menirukan suara monyet sekaligus gerakan monyet begitu mirip dengan monyet sungguhan. Tingkah kocak kakak pendongeng itu membuat tawa anak-anak pecah, mereka sangat terhibur. Anak-anak juga diajak bernyanyi bersama dan menirukan gerakan lagu disela-sela cerita. Lagunya sederhana dan terkait dengan pesan atau makna cerita yang dibawakan. Salah satu lagu berlirik:

“Bila melihat sampah, diambil, dibuang…dibuangnya dimana?…di tempat sampah”

Setelah bersenang-senang dengan anak-anak, kakak-kakak pendongeng memberikan workshop dongeng kepada ibu-ibu. Kakak-kakak pendongeng memberikan informasi mengenai jenis-jenis cerita dongeng antara lain, fable, legenda, cerita rakyat, dll. Mereka juga memperkenalkan teknik sederhana dalam mendongeng seperti penggunaan properti sederhana ; boneka tangan, tongkat dll, jenis intonasi sesuai karakter yang dimainkan, mimik wajah, gestur tubuh, gerak dan lagu. Kakak-kakak pendongeng juga menekankan bahwa dengan mendongeng daya imajinasi dan kemampuan berpikir anak akan berkembang. Demikian pula anak-anak dapat mengadaptasi pesan moral atau nilai-nilai baik dalam cerita yang harapannya dapat diaplikasikan dalam hidup berkeseharian anak-anak yang pada akhirnya bermuara pada karakter baik anak-anak.

Selain pemberian materi tentang mendongeng, ibu-ibu kemudian diajak untuk mempraktekkan teknik-teknik yang dibagikan kakak-kakak. Ketika kakak-kakak pendongeng meminta ibu-ibu untuk praktek mendongeng, ada salah satu ibu sepuh kampung Nyanggit yang kemudian maju untuk mendongeng menggunakan bahasa Sasak. Ternyata beliau sangat lihai dalam mendongeng serta memiliki banyak wawasan cerita rakyat Lombok. Beliau selalu bercerita kepada anak-anaknya sewaktu mereka kecil baik sebelum tidur ataupun diwaktu senggang anak. Sayangnya kebiasaan mendongeng/bercerita saat ini tidak lagi dipraktekkan oleh generasi setelah beliau. Ibu-ibu yang mengikuti workshop misalnya -yang saat ini berumur 35 tahun sampai 40an-sebagian besar sudah tidak mendongeng atau bercerita ke anak-anaknya.

Kebiasaan mendongeng atau bercerita adalah budaya bertutur yang perlu terus dilestarikan. Kehadiran kakak-kakak pendongeng ini membawa semangat dan ketercerahan pikiran mengenai pentingnya dongeng, mengenai manfaat dongeng untuk anak-anak. Ternyata, laku volunteer kakak-kakak pendongeng ini adalah manifestasi dari jargon mereka yang berbunyi “Menebar cinta, dengan cerita”. Sukses terus kakak-kakak pendongeng komunitas Dongeng Keliling, semoga ilmu dan semangat yang dibawa untuk warga kampung Nyanggit bisa ditiru untuk dilakukan sehingga membawa perubahan baik dan lestarinya budaya bertutur. (TA)