Berita

Peletakan Batu Pertama CLC Rembitan

Matahari telah terik di pagi hari namun tidak meyurutkan kesibukan warga desa bersiap-siap untuk acara selamatan peletakan batu pertama, menandai dimulainya pembangunan Sentra Pembelajaran Masyarakat (CLC) di dusun Rebuk 1, desa Rembitan, kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

CLC Titian didirikan diatas tanah seluas 600 m2, berbatasan dengan rumah penduduk dan sawah, dengan perkiraan akan selesai enam hingga delapan bulan kedepan. Dusun Rebuk 1 layaknya kanvas kosong. Masyarakat Rebuk 1 telah lama tertidur – dalam keterpurukan. Tidak terbayangkan kehidupan yang lebih baik, apalagi bermimpi besar. Karena itu, Titian ingin memberikan pemberdayaan agar kehidupan mereka bisa lebih baik. CLC Titian akan menjadi sarana pemberdayaan melalui pendidikan informal. CLC ini nantinya akan dilengkapi dengan perpustakaan, lab komputer dan ruang terbuka untuk kegiatan lokakarya atau tempat berkumpul masyarakat.

Catatan kami sejauh ini, air dan sanitasi adalah tantangan di sana. Pendidikan adalah tantangan di sana. Ketika dirasa sudah cukup banyak tantangan dihadapan, pernikahan dini dan buta huruf orang dewasa juga ada dalam daftar.

Merupakan pemandangan biasa melihat anak SD di desa ini berjualan suvenir setelah sekolah usai di tempat wisata dekat pantai Kuta Mandalika. Mereka pulang ke rumah sejenak untuk makan malam lalu kemudian pergi lagi ke tempat keramaian turis hingga larut malam agar keluarga mereka bisa punya sedikit uang untuk mencukupi kebutuhan hidup hari berikutnya.

Empat petani telah Titian utus untuk mengikuti kursus permakultur di Imogiri, Yogyakarta pada bulan Maret 2019, agar mereka bisa memberdayakan pola dan fitur tanah mereka dan mengubahnya menjadi sumber daya produktif seperti biogas dan pupuk organik. Namun penerapannya masih berjalan lambat dikarenakan keterbatasan air. Titian bermitra dengan Soroptimist International of Jakarta (SIJ) untuk mengatasi masalah air dan sanitasi ini.

Perempuan Sasak di Rebuk 1 diwariskan keterampilan menenun, yang juga digunakan sebagai indikator bahwa mereka siap untuk dinikahkan. Kelompok kerja (Pokja) untuk tenun telah disiapkan agar mereka bisa memenun songket, yaitu jenis tenun yang menggunakan benang emas / perak. Sebagai gambaran, tenun yang biasa dilakukan perempuan Rebuk 1 hanya memakai satu batang bambu, tetapi tenun songket bisa melibatkan seratus batang bambu. Kerumitan ini menakutkan, bahkan untuk penenun terampil sekalipun. Titian melihat dengan peningkatan keterampilan memenun melalui magang ini tidak akan hanya meningkatkan potensi pendapatan keluarga tetapi yang terlebih penting adalah meningkatkan harga diri mereka. Pelatihan tenun songket ini disponsori juga oleh SIJ.

Lombok adalah daerah pertama yang Titian jajaki di luar pulau Jawa. Perjalanan di sini akan panjang dan curam dan Titian menyambut baik donatur dan mitra yang mempunyai semangat yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang mampu.