Satu tahun berlalu dan dengan hanya menyisakan tiga anggota aktif – Ibu Ratih, Ibu Inung dan Ibu Rita – grup jumputan bernama Kartini masih berdiri kokoh. Mereka sudah banyak melalui berbagai tantangan selama setahun ini, dari kain luntur, jahitan yang masih kurang rapi, hingga pemasaran produk, tetapi mereka tidak patah semangat, malah menjadikan mereka lebih berani dan percaya diri hingga bisa mencapai kemajuan.
Salah satu kemajuan yang berarti yaitu bisa mengadakan lokakarya jumputan. Lokakarya pertama diadakan pada tanggal 30 Oktober 2018, sebuah catatan pencapaian manis yang sangat membanggakan bagi Kartini seiring menyambut perayaan satu tahun kebersamaan mereka.
Lokakarya Shibori dibuat dan dipersiapkan sendiri oleh Kartini, dari mulai pembuatan brosur, penyebaran brosur atau mencari peserta hingga persiapan dekorasi. Selain itu antusias adanya lokakarya shibori ini juga dirasakan oleh keluarga Kartini, salah satunya suami ibu Ratih yang datang membantu untuk memasang Dekorasi yang dibantu oleh anak-anak Beasiswa Titian, hal ini menunjukkan bahwa kekeluargaan yang terjalin antara Titian, anak beasiswa Titian dan Kartini sudah erat, sehingga mereka tidak berat hati untuk saling menolong.
Lokakarya ini dihadiri oleh sekitar 15 ibu-ibu, dimana setiap orang dikenai biaya yang terbilang murah, Rp 25.000, dengan mereka mendapatkan 4 kain ukuran 50 x 50 cm, konsumsi, sarung tangan dan stiker Kartini. Sedangkan jika dibandingkan dengan workshop shibori diluar mencapai harga ratusan ribu, sehingga salah satu alasan ibu-ibu ramai ikut dikarenakan harga yang sangat murah dengan fasilitas yang sangat baik. Lokakarya ini sendiri berdurasi selama 3 jam tidak menyurutkan antusiasme peserta dalam mengikutinya, dan acara dibuat sangat menarik dengan adanya Ice breaking, ibu-ibu menari bersama agar lebih focus. Di penghujung acara diadakan sharing dengan peserta seputar shibori dan kemudian ditutup dengan testimoni peserta tentang acara tersebut.
Ibu Dwi sebagai peserta memberikan kesan nya “Acaranya sangat bagus, saya fikir acaranya akan membosankan dengan hanya praktek shibori dan kemudian pulang, ternyata acara dengan harga yang sangat murah ini, saya dapat teman baru, ilmu baru dan acaranya tidak membosankan adanya ice breaking, dapat snack dan bisa sharing tentang kain jumputan. Saya harap sering-sering diadakan acara seperti ini dengan pola-pola yang baru dan semangat untuk grup Kartini.”
Sama halnya dengan harapan Grup Kartini, bahwa mereka berharap mereka masih akan mengadakan lokakarya shibori dengan target pasar yang berbeda, seperti kepada anak sekolah dasar atau anak SMA, agar mereka mengenal budaya kita sendiri. (NF)