Sebagian besar alumni beasiswa Titian yang telah lulus atau yang akan segera lulus dari universitas sekarang mencemaskan kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Sesi wawancara, pada khususnya, dapat menjadi hal yang sangat menggelisahkan terutama bagi pencari kerja pemula.
IPK yang tinggi memang dapat membukakan pintu kesempatan, tapi tidak menjadikan jaminan bahwa wawancara bisa berlangsung mulus jika orang tersebut tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dalam berkomunikasi. Sebuah studi menunjukkan bahwa kata-kata memegang persentase tertinggi dalam komunikasi, yaitu 55%, fisiologi menempati urutan kedua sebesar 38% dan intonasi hanya sebesar 7%. Namun, untuk menjadi komunikator yang sukses, seseorang juga harus mampu beradaptasi dengan orang lain, budaya dan situasi.
Seminar yang dibawakan oleh John Hills ini dimulai dengan mengupas apa yang melatar-belakangi pikiran dan reaksi kita – pikiran sadar vs pikiran bawah sadar, prasangka dan budaya. Konsep-konsep ini tentu baru dan asing bagi peserta untuk dipahami. Peserta ditunjukkan berbagai gambar dan diminta kesan mereka dari gambar-gambar tersebut – mengapa mereka memiliki reaksi tertentu terhadap suatu gambar.
Mengapa kita perlu menyadari tentang hal ini? Tidak lain karena 95% dari kegiatan fisik kita sehari-hari senantiasa diatur oleh pikiran bawah sadar dan sementara pikiran bawah sadar ini bermanfaat untuk menjadikan hidup lebih efisien, pikiran bawah sadar ini juga bisa mengakibatkan inkonsistensi dengan apa yang ingin kita capai.
Berbekal pengetahuan baru ini, Titian berharap alumni beasiswa kami akan lebih siap ketika memasuki suatu perkumpulan, apakah kumpulan itu bernama tempat kerja atau lingkungan sosial.
(John Hills saat ini sedang menempuh program master di INSEAD Singapura. Ia mempunyai pengalaman selama 33 tahun sebagai bankir, terutama bidang penjualan layanan perbankan untuk bank-bank komersial di Asia Tenggara. Keahlian khusus lainnya termasuk bidang: Kepatuhan, Anti-Pencucian Uang, Devisa & Treasury, dan Pelatihan Penjualan.)